Rabu, 28 Desember 2011

DISCOUNT 30% PRODUK ANAIS BAGS

Dapatkan Discount 30 % Khusus produk pilihan Anais Bags, 26 Desember s/d 15 Januari 2012. Di Ukm Gallery 2nd Floor.

Senin, 26 Desember 2011

KLASTER PENDALUNGAN KERAMIK


Cup 7x4
Teapot 20x18x7.5
Tray 17x30x2
 Rp. 130.000

Rabu, 14 Desember 2011

Yans Keramik

Suwarti Jewelry

Senin, 12 Desember 2011

PROFIL LAMPUNG


Profil Lampung PDF Cetak E-mail
Ditulis oleh Administrator   
Minggu, 11 Oktober 2009 00:00
KHARATERISTIK FISIK

Letak Geografis dan Batas Administrasi.


Secara geografis Provinsi Lampung terletak antara 3045' Lintang Selatan dan 103050' – 105050' Bujur Timur dengan luas wilayah 35,376,50 km2.
Batas – batas daerah Provinsi Lampung adalah :
Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Selatan,
Sebelah Selatan dengan Selat Sunda,
Sebelah Timur dengan Laut Jawa,
Sebelah Barat dengan Samudra Indonesia .
Provinsi Lampung sejak tahun 1999, terdiri dari 8 Kabupaten, 2 Kota , 82 kecamatan, dan 2.024 desa.
Tabel luas dan ibukota Kabupaten / Kota di Provinsi Lampung
Regencies Areal (Ha) Areal (Km2) %
Lampung Barat 495.040 4.950,40 15,48
Tanggamus 273.161 2.731,61 0,10
Lampung Selatan 200.701 2.007,01 7,74
Pesawaran 117.377 1.173,8 3,67
Lampung Timur 433.789 5.325,03 13,57
Lampung Tengah 478.982 4.789,82 14,98
Lampung Utara 272.563 2.724,81 8,53
Way Kanan 392.163 3.921,63 12,27
Tulangbawang 234.012 2.340,1 7,32
Tulang Bawang Barat 112.175 1.121,8 3,51
Mesuji 430.897 4.309 13,48
Pring sewu 62.500 625 1,77
Bandar Lampung 19.296 192,93 0,6
Metro 6.179 68,74 0,19
Source : Lampung In Figues, 2009

Iklim

Lampung beriklim tropis dengan angin laut lembab yang bertiup dari samudera Indonesia dengan 2 musim angin setiap tahunnya, yaitu : Angin bertiup dari arah barat dan barat laut pada bulan November sampai Maret, Angin bertiup dari arah timur dan tenggara pada bulan Juli – Agustus, rata – rata kecepatan angin ialah 5,83 km / jam.
Curah hujan di Provinsi Lampung pada tahun 1995 – 1999 berkisar antara 1,293 mm 3,130 mm pertahun. Curah hujan bulanan rata – rata terendah ialah bulan Juni dan Agustus 75,0 mm, dan tertinggi ialah bulan Maret yaitu 345,4 mm. Banyaknya hari hujan tiap bulan berkisar antara 2–27 hari. Temperatur di Provinsi Lampung berkisar antara 22,50C –32,80C dengan kelembaban berkisar antara 80%-88%.

Geomorfologi dan Topografi

Topografi daerah Provinsi Lampung dapat di bagi dalam 5 ( lima ) unit topografi yaitu berbukit sampai bergunung, berombak sampai bergelombang, dataran aluvial, dataran rawan pasang surut dan river basin.
  • Daerah berbukit sampai bergunung,
    Daerah ini meliputi bukit barisan dengan puncak tonjolan berada pada Gunung Tanggamus, Gunung Pasawaran dan Gunung Rajabasa dengan lereng curam 25% pada ketinggian rata-rata 300 m diatas permukaan air laut.
    Puncak-puncak lainnya ialah bukit pugung, bukit pesagi, sekincau yang terdapat dibagian utara dengan ketinggian rata-rata 1500 m. Daerah-daerah tersebut ditutupi vegetasi hutan primer dan sekunder.
  • Daerah berombak sampai bergelombang,
    Daerah ini miliputi Gedong Tataan, Kedaton, Sukoharjo dan Pulau Panggung di Kabupaten Lampung Selatan dan Kalirejo, Bangunrejo di Kabupaten Lampung Tengah, kemiringan daerah ini antara 8%-15% dengan ketinggian 300 m hingga 500 m dpl. Vegetasi yang menutupi daerah ini tanaman perkebunan dan pertanian ladang.
  • Daerah dataran alluvial,
    Daerah ini sangat luas meliputi Lampumg Tengah sampai mendekati pantai sebelah timur yang merupakan bagian hilir (down stream) dari sungai-sungai yang sebesar seperti Way Sekampung, Way Tulang Bawang, Way Mesuji, ketinggian daerah ini antara 25 m sampai 75 m dari permukaan laut dengan kemiringan 0% sampai 3% pada bagian pantai sebelah barat dataran alluvial menyempit dan memanjang mengikuti arah bukit barisan.
  • Dataran rawa pasang surut,
    Rawan pasang surut terdapat disepanjang pantai laut timur dengan ketinggian 0,5 m sampai 1 m, penggenangan air menurut naiknya pasang surut air laut.
  • Daerah River Basin ,
    Daerah ini meliputi River Basin Tulang Bawang, Seputih, Sekampung, Semangka dan Way Jepara.
Bila dilihat dari kelas lereng maka daerah dengan kelerengan 0-15% tergolong luas yaitu 1.165.000 ha terutama didaerah timur. Kelas lereng di Provinsi Lampung seperti yang diurai tabel berikut :
Luas Provinsi Lampung Berdasarkan Kemiringan
NO. KEMIRINGAN LUAS ( HA )
1. 0 – 3 947,000
2. 3 – 8 145,000
3. 8 – 15 73,000
4. 15 – 30 281,250
5. 30 – 45 237,500
6. 45 143,750
7. Rawa 716,590
8. Tidak ada data 786,610
Jumlah . . . . . . 3.330.700
Sumber : Lembaga Penelitian Tanah 2009

Geologi dan Tanah
Sebelah Barat Lampung adalah bagian dari Bukit Barisan yang merupakan Geantiklinal dan Sinklinal yang sebelah timurnya terdapat patahan Semangka yang panjang menyusuri Way Semangka dan Teluk Semangka serta gunung – gunung api Tanggamus, Rindingan dan Rebang. Sedimen–sedimen vulkanis menutupi lembah – lembah Suah, Gedong Surian dan Way Lima. Pada bagian utara lapisan sedimen ini mengalami pelipatan yang menghasilkan lapisan minyak bumi didalam 4 seri lapisan Palembang . Lapisan sedimen sebelah timur tertutup endapan tuffa masam dari debu gunung api di Bukit Barisan yang membentuk dataran peneplain di bagian timur Lampung. Terdapat Sukadana bosalt yang merupakan ” Plateau ” dan singkapannya tidak merata. Jenis tanah di provinsi terdiri dari dari 13 jenis dan podsolik merah kuning ( PMK ) merupakan jenis dominan sekitar 1522.336 ha kemudian latosol dan andosol. Jenis tanah di Provinsi Lampung tampak pada tabel berikut :
Jenis Tanah di Provinsi Lampung
No. Jenis Tanah Luas (Ha)
1. Aluvial hidromorf 163.444
2. Aluvial 52.386
3. Assosiasi alluvial dan glei humus 290.218
4. Hidromorf kelabu 79.627
5. Regosol 80.674
6. Andosol 209.544
7. Renzina 8.328
8. Podsolik coklat 31.432
9. Latesit air tanah 8.328
10. Latosol 719.793
11. Assosiasi latosol dan podsolik merah kuning 97.438
12. Podsolik merah kuning 1.522.336
Kompleks podsolik merah kuning, latosol dan litosol 67.054
Jumlah . . . . . . . 3.320.700
Sumber : Lembaga Penelitian Tanah 2009 Hidrologi dan Sumber Daya Air Di Provinsi Lampung terdapat sungai – sungai besar yaitu Way Sekampung (panjang 256 km), Way Seputih (Panjang 249 km), Way Terusan (panjang 168 km), dan Way Tulang Bawang (panjang 132 km) dengan daerah aliran sungai berkisar antara 796 km2 hingga 1.270 km2.
Fungsi sungai umumnya di gunakan sebagai sumber bahan baku air bersih, mandi cuci kakus (MCK), pengairan dan perikanan. Terdapat rawa pasang surut di sepanjang pantai timur dan diantaranya merupakan daerah budidaya perikanan udang dan bandeng.

Penggunaan Lahan

Areal hutan di wilayah Provinsi Lampung pada tahun 1998 masih merupakan areal yang dominan yaitu 985.085 ha walaupun luas hutan terus menerus mengalami penurunan yang diakibatkan oleh perambah hutan. Luas hutan terbesar berada di Kabupaten Lampung Barat sekitar 32.19 % dari seluruh areal hutan Provinsi Lampung.
Penggunaan areal hutan yaitu sebagai hutan lindung (HLN), hutan suaka alam (HAS), hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi biasa (HPB), hutan produksi yang dapat di konversi (HPK) dan areas penggunaan lain (APL). Di daerah Lampung Barat juga terdapat Taman Nasional Bukit Barisan dan sebelah timur terdapat suaka marga satwa Way Kambas di Kecamatan Sukadana.
Pemukiman transmigrasi terutama di Kabupaten Lampung Selatan meliputi daerah Karangsari, Palas, Tanjungan, Kertasari, Gedung Harapan dan Natar dan di Kabupaten Lampung Tengah mencakup daerah Labuhan Maringgai, Braja Lulur, Rajabasa Lama, Wanakerto, Sumberejo, Seputih Raman hingga Seputih Surabaya.
Pemukiman Transmigrasi di Kabupaten Lampung Utara terbesar mulai dari barat yaitu daerah Mesuji, Gedong Aji, Rawapilu, Menggala, Kertasari, Bumiraharja, Beradan hingga Blambangan Umpu. Sedangkan di Kabupaten Lampung Barat hanya terdapat di sebagian pantai barat yaitu daerah Bika. Dari utara penggunaan lahan dan pengembangan daerah Provinsi Lampung 2005 tampak bahwa penggunaan untuk perkebunaan, pertanian dan transmigrasi lebih banyak di daerah Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan. Penggunaan tanah untuk perkebunan dan tegalan / ladang masing – masing 20.65% dan 19.13% dari luas penggunaan tanah di Provinsi Lampung.
Luas Penggunaan Lahan di Provinsi Lampung (Ha).
No. Kabupaten/Kota Sawah Pekarangan Ladang & sejenis Lahan Tidur Lainnya Jumlah
1. LAMPUNG BARAT 16.771 12.255 57.399 20.093 388.522 495.040
2. T A N G G A M U S 28.372 23.417 73.730 6.041 204.101 335.661
3. LAMPUNG SELATAN 58.141 29.475 126.614 536 103.313 318.079
4. LAMPUNG TIMUR 52.993 49.109 93.379 1.170 237.138 433.789
5. LAMPUNG TENGAH 65.756 47.677 144.607 2.103 218.839 478.982
6. LAMPUNG UTARA 13.001 25.316 89.940 3.068 141.238 272.563
7. WAY KANAN 16.040 36.258 103.569 37.715 198.581 392.163
8. TULANG BAWANG 109.347 36.856 175.364 14.977 440.540 777.084
9. BANDAR LAMPUNG 1.021 8.875 3.364 796 5.240 19.296
10. M E T R O 2.795 2.507 290 -- 587 6.179
JUMLAH . . . . . . . 364.237 271.745 868.256 86.499 1.938.099 3.528.836
Sumber : Lampung Dalam Angka 2009
Terakhir Diperbaharui ( Senin, 28 Desember 2009 04:36 )

PROFIL KALIMANTAN TIMUR

 Visi dan Misi

VISI
Mewujudkan Kaltim Sebagai Pusat Agroindustri Dan Energi Terkemuka Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera.

MISI
  1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, terampil, berakhlak mulia dan berdaya saing tinggi.
  2. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar dan kualitas kehidupan masyarakat yang layak dan sejahtera
  3. Meningkatkan fasilitas dan pelayanan kesehatan masyarakat
  4. Membina pemahaman dan pengamalan ajaran agama dan kerukunan intern umat beragama dan antar umat beragama dengan pemerintah.
  5. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, serta menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa untuk mewujudkan Kaltim sebagai Island of Integrity
  6. Meningkatkan peran masyarakat luas dalam penegakan hukum untuk memberantas korupsi sera mempercepat reformasi birokrasi untuk meningkatkan pelayanan masyarakat.
  7. Mengembangkan dinamika pemuda, wanita dan olah raga.
  8. Mengembangkan dan meningkatkan kesejahteraan ketenagakerjaan dan transmigrasi serta memperluas penciptaan lapangan kerja.
  9. Membangun infrastruktur dasar masyarakat yang berkualitas dan merata.
  10. Memberdayakan dan memperbaiki sistem subsidi, perlindungan sosial, perbaikan pemerataan dan penanggulangan/pengentasan masyarakat miskin.
  11. Melaksanakan Revitalisasi Pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat petani, nelayan dan peternak.
  12. Menciptakan iklim investasi yang kondusif, melakukan regulasi yang menjamin kemudahan berusaha dan berinvestasi.
  13. Meningkatkan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, melalui perbaikan insentif untuk kewirausahaan dan akses bagi usaha-usaha menengah, kecil dan mikro serta sektor riil lainnya.
  14. Pemanfaatan pengelolaan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.
  15. Memantapkan, memanfaatkan dan mengkoordinasikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kaltim dan melaksanakan reformasi sistem pertanahan.
  16. Peningkatan/pembinaan sistem politik keamanan serta ketertiban masyarakat.
  17. Mengelola kekayaan budaya dan sejarah serta mengembangkan potensi pariwisata sebagai sumber devisa.   
    Geografi dan Iklim

    1.    Letak Geografi
    Wilayah Kalimantan Timur dengan luas mencapai 20.865.774 Ha atau satu setengah kali pulau Jawa dan Madura, sebagian besar merupakan daratan yakni 19.844.117 Ha. (95,1%), sedangkan lautan (4-12 Mil) hanya 1.021.657 Ha. (4,9%). Daerah ini mempunyai beberapa aliran sungai dan delta yang tersebar di hampir semua kabupaten dan kota dengan sungai terpanjang Sungai Mahakam.
    2.    Batas Wilayah
    Batas wilayah provinsi yang menjadi pintu gerbang utama pembangunan Indonesia di bagian timur ini adalah :
    Utara   : Negara Bagian Sabah (Malaysia Timur).
    Timur  : Selat Makasar, Laut Sulawesi dan Selat Sulawesi.
    Selatan: Kalimantan Selatan.
    Barat   : Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Negara Bagian Serawak (Malaysia Timur).
    Ibukota provinsi Kalimantan Timur adalah Samarinda yang terletak di tepi Sungai Mahakam. Samarinda dapat dicapai lewat darat dan udara, meskipun harus transit di Kota Balikpapan yang merupakan tempat beradanya Bandara Internasional Sepinggan.
    3.     Demografi
    Jumlah penduduk Kalimantan Timur di tahun 2003 tercatat 2.704.851 jiwa, hingga pada tahun 2010 jumlah penduduk mencapai 3.553.143 jiwa. Dengan demikian dalam kurun waktu tersebut jumlah penduduk Kalimantan Timur meningkat sebesar 848.292 jiwa, dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya rata-rata 3,82 persen. Adapun komposisi penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2010 terdiri dari penduduk laki-laki 1.871.690 jiwa (52,68 persen) dan penduduk perempuan 1.681.453 jiwa (47,32 persen).
    4.    Topografi Wilayah
    Wilayah Kalimantan Timur didominasi topografi bergelombang, dari kemiringan landai sampai curam, dengan ketinggian berkisar antara 0-1500 meter dpl dengan kemiringan 60 %.
    5.     Struktur Geologi
    Provinsi Kalimantan Timur didominasi oleh batuan sedimen liat berlempung dan terdapat pula kandungan batuan endapan tersier dan batuan endapan kwartener. Formasi batuan endapan utama terdiri dari batuan pasir kwarsa dan batuan liat.
    6.      Karakteristik Iklim
    Provinsi Kalimantan Timur termasuk iklim Tropika Humida dengan curah hujan berkisar antara 1500-4500 mm per tahun. Temperatur udara minimum rata-rata 21°C dan maksimum 34°C dengan perbedaan temperatur siang dan malam antara 5°-7°C.Temperatur minimum umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai Januari, sedangkan temperatur maksimum terjadi antara bulan Juli sampai dengan Agustus.
    7.     Kelembaban Udara
    Kelembaban udara rata-rata mencapai 86 % dengan kecepatan angin rata-rata 5 knot perjam. Data curah hujan selama 5 tahun dari tahun 1994-1998 mencatat bahwa rata-rata curah hujan mencapai 2060,2 mm per tahun.
     
     

PROFIL KEPULAUAN RIAU


Profil dan Data Provinsi Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan tiga negara yaitu Malaysia, Singapura, dan Vietnam di laut. Provinsi ini memiliki 2 (dua) Kota dan 4 (empat) Kabupaten yakni Kota Tanjung Pinang, Kota Batam, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Kepulauan Riau. Provinsi ini memiliki luas wilayah 251.810,71 km yang sebagian besar yakni 95,97 persen atau 241.251,30 km2 merupakan perairan dan terdiri dari gugusan kepulauan sebanyak 1.062 pulau. Provinsi Kepulauan Riau memiliki batas wilayah di sebelah Utara dengan Laut Cina Selatan; di sebelah Timur dengan Negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat; di sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi; dan; di Sebelah Barat dengan negara Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau.
<Selengkapnya download disini Profil Kepulauan Riau >

Klik gambar peta dibawah ini untuk mengetahui lebih detail tentang wilayah perbatasan negara
  



 PROFIL WILAYAH   DATA PENGEMBANGAN WILAYAH 
 Profil Provinsi Kepulauan Riau  Data Podes Provinsi Kepulauan Riau (Tahun 2005)
 Profil Kabupaten Karimun  Data Kabupaten Karimun
 Porfil Kabupaten Kepulauan Riau  Data Kabupaten Kepulauan Riau
 Profil Kabupaten Natuna Data Kabupaten Natuna
 Profil Kabupaten Kota Batam  Data Kabupaten Kota Batam

 

PROFIL BALI


Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah

Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8°3'40" - 8°50'48" Lintang Selatan dan 114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Relief dan topografi Pulau Bali di tengah-tengah terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur.

Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Batas fisiknya adalah sebagai berikut:

Utara : Laut Bali
Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat)
Selatan : Samudera Indonesia
Barat :Selat Bali (Propinsi Jawa Timur)

Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga merupakan ibukota provinsi. Selain Pulau Bali Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan di wilayah Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan di Kabupaten Buleleng. Luas total wilayah Provinsi Bali adalah 5.634,40 ha dengan panjang pantai mencapai 529 km.

Topografi
Provinsi Bali merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang meliputi sebagian besar wilayah. Relief Pulau Bali merupakan rantai pegunungan yang memanjang dari barat ke timur. Di antara pegunungan itu terdapat gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Agung (3.142 m) dan Gunung Batur (1.717 m). Beberapa gunung yang tidak aktif lainnya mencapai ketinggian antara 1.000 - 2.000 m.

Rantai pegunungan yang membentang di bagian tengah Pulau Bali menyebabkan wilayah ini secara geografis terbagi menjadi dua bagian yang berbeda, yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dari kaki perbukitan dan pegunungan dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Ditinjau dari kemiringan lerengnya, Pulau Bali sebagian besar terdiri atas lahan dengan kemiringan antara 0 - 2 % sampai dengan 15 - 40 %. Selebihnya adalah lahan dengan kemiringan di atas 40 %.
Sebagai salah satu kriteria untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan, maka lahan dengan kemiringan di bawah 40 % pada umumnya dapat diusahakan asal persyaratan lain untuk penentuan lahan terpenuhi. Sedangkan lahan dengan kemiringan di atas 40 % perlu mendapat perhatian bila akan dijadikan usaha budidaya.

Lahan dengan kemiringan 0 - 2 % mendominasi daerah pantai bagian selatan dan sebagian kecil pantai bagian utara Pulau Bali, dengan luas areal 96,129 ha. Sedangkan lahan dengan kemiringan 2 - 15 % sebagian besar terdapat di wilayah Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, Buleleng, dan sisanya tersebar secara merata di daerah sekitar pantai dengan luas mencapai 132.056 ha.

Daerah dengan kemiringan 15 - 40 % meliputi areal seluas 164.749 ha secara dominan terdapat di wilayah bagian tengah Pulau Bali, mengikuti deretan perbukitan yang membentang dari arah barat ke timur wilayah ini. Daerah dengan kemiringan melebihi 40 % merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang terletak pada bagian Pulau Nusa Penida.

Ditinjau dari ketinggian tempat, Pulau Bali terdiri dari kelompok lahan sebagai berikut:
Lahan dengan ketinggian 0 - 50 m di atas permukaan laut mempunyai permukaan yang cukup landai meliputi areal seluas 77.321,38 ha.
Lahan dengan ketinggian 50 - 100 m di atas permukaan laut mempunyai permukaan berombak sampai bergelombang dengan luas 60.620,34 ha.
Lahan dengan ketinggian 100 - 500 m di seluas 211.923,85 ha didominasi oleh keadaan permukaan bergelombang sampai berbukit.
Lahan dengan ketinggian 500 - 1.000 m di atas permukaan laut seluas 145.188,61 ha.
Lahan dengan ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut seluas 68.231,90 ha.

Struktur Geologi
Struktur geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu gamping.
Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen, seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik atau endapan yang lebih muda.
Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut. Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.

Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat ke permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang Utara-Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara.
Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi Bali tergolong masih muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.

Morfologi
Morfologi wilayah Provinsi Bali terdiri dari daerah dataran rendah pantai, sungai, rawa, danau, dataran vulkanik, serta dataran sendimen yang berbentuk landai dengan kemiringan 0 - 5 % dan ketinggian berkisar 0 - 25 m di atas permukaan laut. Kondisi morfologi ini mempunyai tingkat erosi permukaan yang kecil, dan beberapa tempat merupakan daerah abrasi serta proses pengendapan aktif, terutama di daerah Teluk Benoa, Singaraja, dan Gilimanuk. Dataran Alivium Danau yang berketinggian antara 1.000 - 1.230 meter di atas permukaan laut merupakan daerah rawan untuk pergerakan tanah seperti longsor atau runtuhan tanah dan batuan dari tebing di sekitarnya.

Dataran Aluvium Danau Batur memiliki kenungkinan jatuhnya batuan berukuran boulder hingga pasir, lapili dan abu bila terjadi suatu aktifitas pada gunung api tersebut.
Daerah perbukitan dengan relief halus hingga kasar dengan kemiringan landai hingga terjal (2 - 70 %) pada ketinggian 0 - 1.380 meter di atas permukaan laut, terutama pada tebing-tebing sungai yang memiliki kemiringan yang terjal (>70 %). Batuannya terdiri dari batuan sedimen (pasir kompak dan konglomerat) dan batuan vulkanik tua yang terdiri dari breksi gunung api, lava, tufa yang bersifat keras dan kompak. Tingkat erosi permukaan kecil sampai besar. Pada daerah berrelief sedang, abrasi cukup kuat dengan beberapa tempat merupakan daerah berkemungkinan longsor terutama pada batuan dasar konglomerat dan pada tebing-tebing yang terjal.

Daerah batuan gamping (Bukit Jimbaran dan Nusa Penida) mempunyai kemiringan lereng landai sampai agak terjal (3 - 50 %) dengan beberapa tempat >30 %, terutama pada tebing-tebing laut, terletak pada ketinggian 0 - 210 meter di atas permukaan laut. Tingkat erosi permukaan kecil hingga sedang dengan beberapa tempat merupakan daerah abrasi dan berpotensi gerakan tanah berupa amblasan.

Pegunungan berelief halus sampai kasar, batuannya terdiri dari endapan vulkanik dari Gunung Buyan - Beratan dan Gunung Batur berupa lahar yang bersifat agak kompak dan batuan vulkanik dari Gunung Agung berupa tufa dan lahar yang bersifat agak lepas. Daerah ini mempunyai kemiringan antara 0 - 70 % dan beberapa tempat memiliki kemiringan terjal, terutama pada tebing sungai. Daerah ini terletak pada ketinggian antara 200 - 300 meter di atas permukaan laut. Tingkat erosi permukaan tergolong kecil sampai besar, sedangkan abrasi masih aktif untuk pegunungan berelief halus hingga sedang. Lereng bagian utara dan tenggara Gunung Agung dan sekitar Gunung Batur merupakan daerah rawan bencana. Di beberapa tempat, terutama di sekitar lembah sungai yang berhulu di Gunung Agung merupakan daerah bahaya, yaitu aliran lahar dingin dengan beberapa tempat merupakan daerah berkemungkinan longsor. Aliran lahar dari Gunung Agung menyebar di pantai utara dari Desa Tianyar sampai Desa Kubu.

sumber: http://www.baliprov.go.id/

PROFIL SULAWESI BARAT

Sulawesi Barat adalah provinsi hasil pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi yang dibentuk pada 5 Oktober 2004 ini berdasarkan UU No. 26 Tahun 2004. Ibukotanya ialah Mamuju. Luas wilayahnya sekitar 16,796.19 km². Suku-suku yang ada di provinsi ini terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan suku lainnya (19,15%).

Sumber Kekayaan Alam

Sulawesi Barat dikenal memiliki banyak objek lokasi wisata. Selain kakao, daerah ini juga penghasil kopi robusta ataupun kopi arabika, kelapa dan cengkeh. Di sektor pertambangan terdapat kandungan emas, batubara dan minyak bumi.

 Masa penjajahan

Pada masa penjajahan, wilayah Provinsi Sulawesi Barat adalah bagian dari 7 wilayah pemerintahan yang dikenal dengan nama Afdeling Mandar yang meliputi empat onder afdeling, yaitu:
  1. Onder Afdeling Majene beribukota Majene;
  2. Onder Afdeling Mamuju beribukota Mamuju;
  3. Onder Afdeling Polewali beribukota Polewali;
  4. Onder Afdeling Mamasa beribukota Mamasa.
Onder Afdeling Majene, Mamuju dan Polewali yang terletak di sepanjang garis pantai barat pulau Sulawesi mencakup 7 wilayah kerajaan (Kesatuan Hukum Adat) yang dikenal dengan nama Pitu Baqbana Binanga (Tujuh Kerajaan di Muara Sungai) yang meliputi:
  1. Balanipa di Onder Afdeling Polewali(dipimpin oleh Ambo Caca Daeng Magasing);
  2. Binuang di Onder Afdeling Polewali;
  3. Sendana di Onder Afdeling Majene;
  4. Banggae/Majene di Onder Afdeling Majene;
  5. Pamboang di Onder Afdeling Majene;
  6. Mamuju di Onder Afdeling Mamuju;
  7. Tappalang di Onder Afdeling Mamuju.

Pemerintahan

Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Majene Majene
2 Kabupaten Mamasa Mamasa
3 Kabupaten Mamuju Mamuju
4 Kabupaten Mamuju Utara Pasangkayu
5 Kabupaten Polewali Mandar Polewali

ACEH

DI YOGYAKARTA

NTB

MALUKU UTARA

BENGKULU

SULAWESI TENGAH

JAMBI

PAPUA

KALIMANTAN TENGAH

SULAWESI TENGGARA

SULAWESI SELATAN

GORONTALO

MALUKU

SUMATERA BARAT

SULAWESI UTARA

RIAU

BANGKA BELITUNG

KALIMANTAN SELATAN

DKI JAKARTA

SUMATERA SELATAN

BANTEN

SUMATERA UTARA

NTT

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan katulistiwa pada posisi 8° – 12° Lintang Selatan dan 118° – 125° Bujur Timur.
Batas-batas wilayah :
  • Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores
  • Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia
  • Sebelah Timur dengan Negara Timor Leste
  • Sebelah Barat dengan Propinsi Nusa Tenggara Barat.
NTT merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 1.192 pulau, 432 pulau diantaranya sudah mempunyai nama dan sisanya sampai saat ini belum mempunyai nama. 42 pulau dihuni dan 1.150 pulau tidak dihuni, Diantara 432 pulau yang sudah bernama terdapat 4 pulau besar: Flores, Sumba, Timor dan Alor (FLOBAMORA) dan pulau-pulau kecil antara lain: Adonara, Babi, Lomblen, Pamana Besar, Panga Batang, Parmahan, Rusah, Samhila, Solor (masuk wilayah Kabupaten Flotim/ Lembata), Pulau Batang, Kisu, Lapang, Pura, Rusa, Trweng (Kabupaten Alor), Pulau Dana, Doo, Landu Manifon, Manuk, Pamana, Raijna, Rote, Sarvu, Semau (Kabupaten Kupang/ Rote Ndao), Pulau Loren, Komodo, Rinca, Sebabi, Sebayur Kecil, Sebayur Besar Serayu Besar (Wilayah Kabupaten Manggarai), Pulau Untelue (Kabupaten Ngada), Pulau Halura (Kabupaten Sumba Timur, dll.
Provinsi NTT kaya akan ragam budaya baik bahasa maupun suku bangsanya seperti tertera dalam di bawah ini:

Jumlah Bahasa Daerah

Jumlah bahasa yang dimiliki cukup banyak dan tersebar pada pulau-pulau yang ada yaitu:
Pengguna Bahasa di Nusa Tenggara Timur

  1. Timor, Rote, Sabu, dan pulau-pulau kecil disekitarnya: Bahasanya menggunakan bahasa Kupang, Melayu Kupang, Dawan Amarasi, Helong Rote, Sabu, Tetun, Bural:
  2. Alor dan pulau-pulau disekitarnya: Bahasanya menggunakan Tewo kedebang, Blagar, Lamuan Abui, Adeng, Katola, Taangla, Pui, Kolana, Kui, Pura Kang Samila, Kule, Aluru, Kayu Kaileso
  3. Flores dan pulau-pulau disekitarnya: Bahasanya menggunakan melayu, Laratuka, Lamaholot, Kedang, Krawe, Palue, Sikka, lio, Lio Ende, Naga Keo, Ngada, Ramba, Ruteng, Manggarai, bajo, Komodo
  4. Sumba dan pualu-ulau kecil disekitarnya: Bahasanya menggunakan Kambera, Wewewa, Anakalang, Lamboya, Mamboro, Wanokaka, Loli, Kodi


Jumlah Suku /Etnis

Penduduk asli NTT terdiri dari berbagai suku yang mendiami daerah-daerah yang tersebar Diseluruh wilayah NTT, sebagai berikut:

  1. Helong: Sebagian wilayah Kabupaten Kupang (Kec.Kupang Tengah dan Kupang Barat serta Semau)
  2. Dawan: Sebagian wilayah Kupang (Kec. Amarasi, Amfoang, Kupang Timur, Kupang Tengah, Kab timor Tengah selatan, Timor Tengah Utara, Belu ( bagian perbatasan dengan TTU)
  3. Tetun: Sebagian besar Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste
  4. Kemak: Sebagian kecil Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste
  5. Marae: Sebagian kecil Kab. Belu bagian utara dekat dengan perbatasan dengan Negara Timor Leste
  6. Rote: Sebagian besar pulau rote dan sepanjang pantai utara Kab Kupang dan pulau Semau
  7. Sabu / Rae Havu: Pulau Sabu dan Raijua serta beberapa daerah di Sumba
  8. Sumba: Pulau Sumba
  9. Manggarai Riung: Pulau Flores bagian barat terutama Kan Manggarai dan Manggarai Barat
  10. Ngada: Sebagian besar Kab Ngada
  11. Ende Lio: Kabupaten Ende
  12. Sikka-Krowe Muhang: Kabupaten Sikka
  13. Lamaholor: Kabupaten Flores Timur meliputi Pulau Adonara, Pulau Solor dan sebagian Pulau Lomblen
  14. Kedang: Ujung Timur Pulau Lomblen
  15. Labala: Ujung selatan Pulau Lomblen
  16. Pulau Alor: Pulau Alor dan pulau Pantar.



BUDAYA FLORES TIMUR


Flotim merupakan wilayah kepulauan dengan luas 3079,23 km2, berbatasan dengan kabupaten Alor di timur, kabupaten Sikka di barat utara dengan laut Flores dan selatan, laut Sawu.

Orang yang berasal dari Flores Timur sering disebut orang Lamaholot, karena bahasa yang digunakan bahasa suku Lamaholot.

Konsep rumah adat orang Flotim selalu dianggap sebagai pusat kegiatan ritual suku. Rumah adat dijadikan tempat untuk menghormati Lera Wulan Tana Ekan (wujud tertinggi yang mengciptakan dan yang empunya bumi).

Pelapisan social masyarakat tergantung pada awal mula kedatangan penduduk pertama, karena itu dikenal adanya tuan tanah yang memutuskan segala sesuatu, membagi tanah kepada suku Mehen yang tiba kemudian, disusul suku Ketawo yang memperoleh hak tinggal dan mengolah tanah dari suku Mehen.
Suku Mehen mempertahankan eksistensinya yang dinilainya sebagai tuan tanah, jadilah mereka pendekar-pendekar perang, yang dibantu suku Ketawo.

Mata pencaharian orang Flotim/Lamaholot yang utama terlihat dalam ungkapan sebagai berikut:

Ola tugu,here happen, lLua watana,
Gere Kiwan, Pau kewa heka ana,
Geleka lewo gewayan, toran murin laran.

Artinya:

Bekerja di ladang, Mengiris tuak, berkerang (mencari siput dilaut), berkarya di gunung, melayani/memberi hidup keluarga (istri dan anak-anak) mengabdi kepada pertiwi/tanah air, menerima tamu asing.



BUDAYA SIKKA


Sikka berbatasan sebelah utara dengan laut Flores, sebelah selatan dengan Laut Sabu, dan sebelah timur dengan kabupaten Flores Timur, bagian barat dengan kabupaten Ende. Luas wilayah kabupaten Sikka 1731,9 km2.

Ibu kota Sikka ialah Maumere yang terletak menghadap ke pantai utara, laut Flores. Konon nama Sikka berasal dari nama suatu tempat dikawasan Indocina. Sikka dan dari sinilah kemungkinan bermula orang berimigrasi kewilayah nusantara menuju ke timur dan menetap disebuah desa pantai selatan yakni Sikka. Nama ini Kemudian menjadi pemukiman pertama penduduk asli Sikka di kecamatan Lela sekarang. Turunan ini bakal menjadi tuan tanah di wilayah ini.

Pelapisan sosial dari masyarakat Sikka. Lapisan atas disebut sebagai Ine Gete Ama Gahar yang terdiri para raja dan bangsawan. Tanda umum pelapisan itu di zaman dahulu ialah memiliki warisan pemerintahan tradisional kemasyarakatan, di samping pemilikan harta warisa keluarga maupun nenek moyangnya. Lapisan kedua ialah Ata Rinung dengan ciri pelapisan melaksanakan fungsi bantuan terhadap para bangsawan dan melanjutkan semua amanat terhadap masyarakat biasa/orang kebanyakan umumnya yang dikenal sebagai lapisan ketiga yakni Mepu atau Maha.

Secara umum masyarakat kabupaten Sikka terinci atas beberapa nama suku; (1) ata Sikka, (2) ata Krowe, (3) ata Tana ai, desamping itu dikenal juga suku-suku pendatang yaitu: (4) ata Goan, (5) ata Lua, (6) ata Lio, (7) ata Ende, (8) ata Sina, (9) ata Sabu/Rote, (10) ata Bura.

Mata pencaharian masyarakat Sikka umumnya pertanian. Adapun kelender pertanian sbb: Bulan Wulan Waran - More Duru (Okt-Nov) yaitu bulan untuk membersihkan kebun, menanam, menyusul di bulan Bleke Gete-Bleke Doi - Kowo (Januari, Pebuari, Maret) masa untuk menyiangi kebun (padi dan jagung) serta memetik, dalam bulan Balu Goit - Balu Epan - Blepo (April s/d Juni) masa untuk memetik dan menanam palawija /kacang-kacangan. Sedangkan pada akhir kelender kerja pertanian yaitu bulan Pupun Porun Blebe Oin Ali-Ilin (Agustus - September).



BUDAYA ENDE


Batas-batas wilayahnya yang membentang dari pantai utara ke selatan itu adalah dibagian timur dengan kabupaten Sikka, bagian barat dengan kabupaten Ngada, utara dengan laut Flores, selatan dengan laut Sabu. Luas kabupaten Ende 2046,6 km2, iklim daerah ini pada umumnya tropis dengan curah hujan rata-rata 6096 mm/tahun dengan rata rata jumlah hari hujan terbanyak pada bulan November s/d Januari.
Daerah yang paling terbanyak mendapat hujan adalah wilayah tengah seperti kawasan gunung Kalimutu, Detusoko, Welamosa yang berkisar antara 1700 mm s/d 4000 mm/tahun.

Nama Ende sendiri konon ada yang menyebutkannya sebagai Endeh, Nusa Ende, atau dalam literatur kuno menyebut Inde atau Ynde. Ada dugaan yang kuat bahwa nama itu mungkin sekali diberikan sekitar abad ke 14 pada waktu orang-orang maleyu memperdagangkan tenunan besar nan mahal yakni Tjindai sejenis sarung patola dalam pelayaran perdagangan mereka ke Ende.

Ende/Lio sering disebut dalam satu kesatuan nama yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun demikian sikap ego dalam menyebutkan diri sendiri seperti : Jao Ata Ende atau Aku ata Lio dapat menunjukan sebenarnya ada batas-batas yang jelas antara ciri khas kedua sebutan itu.

Meskipun secara administrasi masyarakat yang disebut Ende/Lio bermukim dalam batas yang jelas seperti tersebut di atas tetapi dalam kenyataan wilayah kebudayaan (tereitorial kultur) nampaknya lebih luas Lio dari pada Ende.

Pola pemukiman masyarakat baik di Ende maupun Lio umumnya pada mula dari keluarga batih/inti baba (bapak), ine (mama) dan ana (anak-anak) kemudian diperluas sesudah menikah maka anak laki-laki tetap bermukim di rumah induk ataupun sekitar rumah induk. Rumah sendiri umumnya secara tradisional terbuat dari bambu beratap daun rumbia maupun alang-alang.

Lapisan bangsawan masyarakat Lio disebut Mosalaki ria bewa, lapisan bansawan menengah disebut Mosalaki puu dan Tuke sani untuk masyarakat biasa. Sedangkan masyarakat Ende bangsawan disebut Ata NggaE, turunan raja Ata Nggae Mere, lapisan menegah disebut Ata Hoo dan budak dati Ata Hoo disebut Hoo Tai Manu.



BUDAYA NGADA


Ngada merupakan kabupaten yang terletak diantara kabupaten Ende (di timur) dan Manggarai (di barat). Bajawa ibu kotanya terletak di atas bukit kira-kira 1000 meter di atas permukaan laut. Masyarakat ini dikenal empat kesatuan adat (kelompok etnis) yang memiliki pelbagai tanda-tanda kesatuan yang berbeda.

Kesatuan adat tersebut adalah : (1) Nagekeo, (2) Ngada, (3) Riung, (4) Soa. Masing-masing kesatuan adat mempertahankan ciri kekrabatannya dengan mendukung semacam tanda kesatuan mereka.

Arti keluarga kekrabatan dalam masyarakat Ngada umumnya selain terdekat dalam bentuk keluarga inti Sao maka keluarga yang lebih luas satu simbol dalam pemersatu
(satu Peo, satu Ngadhu, dan Bagha). Ikatan nama membawa hak-hak dan kewajiban tertentu. Contoh setiap anggota kekrabatan dari kesatuan adat istiadat harus taat kepada kepala suku, terutama atas tanah. Setiap masyarakat pendukung mempunyai sebuah rumah pokok (rumah adat) dengan seorang yang mengepalai bagian pangkal Ngadhu ulu Sao Saka puu.

Rumah tradisional disebut juga Sao, bahan rumah terbuat seperti di Ende/Lio (dinding atap, dan lantai /panggungnya). Secara tradisional rumah adat ditandai dengan Weti (ukiran). Ukiran terdiri dari tingkatan-tingkatan misalnya Keka, Sao Keka, Sao Lipi Wisu, Sao Dawu Ngongo, Sao Weti Sagere, Sao Rika Rapo, Sao Lia Roda.

Pelapisan sosial teratas disebut Ata Gae, lapisan menengah disebut Gae Kisa, dan pelapisan terbawah disebut Ata Hoo. Sumber lain menyebutkan pelapisan sosial biasa dibagi atas tiga, Gae (bangsawan), Gae Kisa = kuju, dan golongan rendah (budak). Ada pula yang membagi atas empat strata, Gae (bangsawan pertama), Pati (bangsawan kedua) Baja (bangsawan ketiga), dan Bheku (bangsawan keempat).

Para istri dari setiap pelapisan terutama pelapisan atas dan menengah disebut saja Inegae/Finegae dengan tugas utama menjadi kepala rumah yang memutuskan segala sesuatu di rumah mulai pemasukan dan pengeluaran.

Masyarakat Nagekeo pendukung kebudayaan Paruwitu (kebudayaan berburu), masyarakat Soa pendukung Reba (kebudayaan tahun baru, pesta panen), Pendukung kebudayaan bertani dalam arti yang lebih luas ialah Ngadhu/Peo, terjadi pada sebagian kesatuan adat Nagekeo, Riung, Soa dan Ngada.



BUDAYA MANGGARAI


Manggarai terletak di ujung barat pulau Flores, berbatasan sebelah timur dengan kabupaten Ngada, barat dengan Sealat sapepulau Sumbawa/kabupaten Bima, utara dengan laut Flores dan selatan dengan laut Sabu.

Luas wilayah 7136,14 km2, wilayah ini dapat dikatakan paling subur di NTT. Areal pertanian amat luas dan subur, perkebunan kopi yang membentang disebahagian wilayahnya, curah hujan yang tinggi yaitu dalam setahun mencapai 27,574 mm, sepertiga dari jumlah itu (lebih dari 7000mm) turun pada bulan Januari.
Ibu kota Manggarai terletak kira-kira 1200 meter di atas permukaan laut, di bawa kaki gunung Pocoranaka

Pembentukan keluarga batih terdiri dari bapak, mama dan anak-anak yang disebut Cak Kilo. Perluasan Cak Kilo membentuk klen kecil Kilo, kemudian klen sedang Panga dan klen besar Wau.

Beberapa istilah yang dikenal dalam sistim kekrabatan antara lain Wae Tua (turunan dari kakak), Wae Koe (turunan dari adik), Ana Rona (turunan keluarga mama), Ana Wina (turunan keluarga saudara perempuan), Amang (saudara lelaki mama), Inang (saudara perempuan bapak), Ema Koe (adik dari bapak), Ema Tua (kakak dari bapak), Ende Koe (adik dari mama), Ende Tua (kakak dari mama), Ema (bapak), Ende (mama), Kae (kakak), Ase (adik), Nana (saudara lelaki), dan Enu (saudara wanita atau istri).

Strata masyarakat Manggarai terdiri atas 3 golongan, kelas pertama disebut Kraeng (Raja/bangsawan), kelas kedua Gelarang ( kelas menengah), dan golongan ketiga Lengge (rakyat jelata).
Raja mempunyai kekuasaan yang absolut, upeti yang tidak dapat dibayar oleh rakyat diharuskan bekerja rodi. Kaum Gelarang bertugas memungut upeti dari Lengge (rakyat jelata). Kaum Gelarang ini merupakan penjaga tanah raja dan sebagai kaum penyambung lidah antara golongan Kraeng dengan Lengge. Status Lengge adalah status yang selalu terancam. Kelompok ini harus selalu bayar pajak, pekerja rodi, dan berkemungkinan besar menjadi hamba sahaya yang sewaktu-waktu dapat dibawah ke Bima dan sangat kecil sekali dapat kembali melihat tempat kelahirannya.

Last Updated ( Thursday, 20 May 2010 )

JAWA BARAT

I. GEOGRAFI
Provinsi Jawa Barat mencakup wilayah daratan seluas 3.710.061,32 hektar dan garis pantai sepanjang 755,829 km. Secara topografis,
Jawa Barat dapat dibagi menjadi tiga kawasan : daerah dataran rendah di kawasan Utara, daerah berbukit-bukit dengan sedikit pantai di
Selatan, dan dataran tinggi bergunung-gunung di kawasan Tengah. Ciri utama daratan "Tanah Pasundan" ini adalah bagian dari busur
kepulauan gunung api baik aktif maupun tidak aktif, membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung Utara Pulau Sulawesi.
Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam (9,5% dari total luas wilayah Jawa Barat) di bagian Selatan dengan
ketinggian lebih dari 1.500 m dpl, wilayah lereng bukit yang landai (36,48%) di bagian Tengah dengan ketinggian 10 - 1.500 m dpl, dan wilayah
dataran luas (54,03%) di bagian Utara dengan ketinggian 0 – 10 m dpl. Tutupan lahan terluas di Jawa Barat berupa kebun campuran
(22,89 % dari luas wilayah Jawa Barat), sawah (20,27%), dan perkebunan (17,41%), sementara hutan primer dan hutan sekunder di Jawa Barat
hanya 15,93% dari seluruh luas wilayah Jawa Barat.
Iklim di Jawa Barat tropis, dengan suhu rata-rata berkisar antara 19 -28 °C dengan kelembaban udara antara 76 – 89 %. Data
BMG tahun 2006 mengungkapkan bahwa curah hujan rata-rata berada pada rentang 1.000 – 3.247 mm per tahun dengan kecepatan angin 2,5 –
5,0 knot.
Jawa Barat dialiri 39 sungai, 661 waduk/situ, dan 34 buah empang. Potensi air permukaan yang dimiliki sebesar 115,5 juta m3 dan
mengaliri wilayah seluas 39,6 ribu km2. Air permukaan tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri, pertanian, dan air minum.

II. KEPENDUDUKAN
Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) 2006 mencatat bahwa Jawa Barat dihuni 40.737.594 penduduk, terdiri atas 20.579.308 laki-laki
dan 20.158.286 perempuan, dengan sex ratio sebesar 102,39. Ini berarti setiap 1.000 perempuan berbanding 1.024 laki-laki. Dilihat dari jumlah
penduduknya, Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah populasi terbesar dibandingkan provinsi lain di Indonesia dengan kepadatan
penduduk 1.098 jiwa per km2. Jumlah penduduk terbesar Kabupaten Bandung yaitu 4.399.128 jiwa dan terkecil adalah Kota Banjar yaitu
177.118 jiwa. Sementara kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kota Bandung sebanyak 13.570 jiwa/km2 sementara kepadatan terendah
terdapat di Kabupaten Sukabumi sebanyak 539 jiwa/km2.
Penduduk Jawa Barat dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yaitu 39.140.812 jiwa tahun 2004, menjadi 39.960.869 jiwa
tahun 2005 dan 40.737.594 jiwa pada tahun 2006. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) di provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun relatif
menurun, dari 2,64% pada periode 2003-2004 menjadi 2,10% pada kurun 2004-2005, lalu turun lagi 1,91% pada periode 2005-2006. LPP di
Jawa Barat dipengaruhi dua hal, yaitu tingkat pertumbuhan alami yang dipengaruhi angka kelahiran dan angka kematian serta tingkat migrasi
masuk. Salah satu upaya untuk mengendalikan tingkat pertumbuhan alami adalah melalui program Keluarga Berencana (KB). Berdasarkan
laporan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2006, proporsi peserta aktif KB
terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) mencapai 72,56%.
Sementara pengendalian migrasi masuk diupayakan dengan peningkatan pemerataan kesejahteraan penduduk Jawa Barat. Berdasarkan
hasil pendataan keluarga yang dilaksanakan oleh BKKBN Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2006 masih terdapat 17,48% dari total 10,4 juta
keluarga yang berada dalam tahapan Keluarga Pra Sejahtera, menunjukkan peningkatan dibandingkan proporsi pada tahun 2005 sebesar 13,38%.
Upaya lain adalah dengan melaksanakan program transmigrasi terutama ke daerah di Luar Jawa.

III. PENDAPATAN REGIONAL
Pada tahun 2006 perekonomian Jawa Barat atas dasar harga konstan
termasuk migas mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,01% dan
merupakan pertumbuhan tertinggi, selama periode tahun 2004 – 2006.
Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan positif oleh semua sektor
kecuali sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian yang
mengalami pertumbuhan sebesar -0,62% dan -2,46%. Pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh sektor industri yang mampu tumbuh sebesar 8,51%.
Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan dan
komunikasi dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 8,20% dan 6,88%.
Kontribusi terbesar terhadap PDRB Jawa Barat pada tahun 2006 diberikan
oleh sektor Industri Pengolahan sebesar 45,24% diikuti sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran sebesar 19,40%

JAWA TENGAH

Profil Provinsi Jawa Tengah
1. Geografis
Jawa Tengah secara administratif merupakan sebuah propinsi yang ditetapkan dengan Undang-undang No. 10/1950 tanggal 4 Juli 1950, letaknya diapit oleh dua Propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya 5o40' dan 8o30' Lintang Selatan dan antara 108o30' dan 111o30' Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 Km dan dari Utara ke Selatan 226 Km (tidak termasuk pulau Karimunjawa). Secara administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah. Menurut penggunaannya, luas lahan sawah terbesar berpengairan teknis (38,26 persen), selainnya berpengairan setengah teknis, tadah hujan dan lain-lain. Dengan teknik irigasi yang baik, potensi lahan sawah yang dapat ditanami padi lebih dari dua kali sebesar 69,56 persen. Berikutnya lahan kering yang dipakai untuk tegalan/kebun/ladang/huma sebesar 34,36 persen dari total bukan lahan sawah. Persentase tersebut merupakan yang terbesar, dibandingkan presentase penggunaan bukan lahan sawah yang lain. Menurut Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang, suhu udara rata-rata di Jawa Tengah berkisar antara 18oC sampai 28oC. Tempat-tempat yang letaknya dekat pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Sementara itu, suhu rata-rata tanah berumput (kedalaman 5 Cm), berkisar antara 17oC sampai 35oC. Rata-rata suhu air berkisar antara 21oC sampai 28oC. Sedangkan untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen samapai 94 persen. Curah hujan terbanyak terdapat di Stasiun Meteorologi Pertanian khusus batas Salatiga sebanyak 3.990 mm, dengan hari hujan 195 hari. Propinsi Jawa Tengah dibagi kedalam beberapa Wilayah Administrasi, meliputi : Tabel 1. Pembagian WilayahAdministrasi Propinsi Jawa Tengah tahun 2005
No.
Wilayah
Jumlah
1
Kabupaten
29
2
Kota
6
3
Kecamatan
565
4
Kelurahan
764
5
Desa
7.804
Sumber : Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2005.
2. Kependudukan
Jumlah Penduduk Propinsi Jawa Tengah tahun 2005 sebesar 32,908,850 jiwa. Luas wilayah Jawa Tengah adalah 32.544,12 km2, sehingga kepadatan penduduk rata-rata adalah 12.554,55 jiwa per km2 (940.252,86 per Kabupaten/kota) Apabila diperinci dari informasi profil kesehatan maka daerah yang memiliki kepadatan penduduk terbesar adalah di Kota Surakarta yaitu 12.140.36 jiwa per km2 dan wilayah paling jarang adalah Kabupaten Purworwjo yaitu 468.53 jiwa per km2. Tabel 2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan penduduk Propinsi Jawa Tengah tahun 2005
No
Deskripsi
Kecamatan
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Luas (Km2)
Kepadatan
1
Cilacap
24
284
1,674,210
2,138.51
782.89
2
Banyumas
27
331
1,531,737
1,327.59
1.153.77
3
Purbalingga
18
239
863,478
777.65
1.110.37
4
Banjarnegara
20
278
903,919
1,069.74
844.99
5
Kebumen
26
460
1,208,486
1,282.74
942.11
6
Purworejo
16
494
712,003
1,034.82
688.05
7
Wonosobo
15
264
779,919
984.68
792.05
8
Magelang
21
371
1,169,638
1,085.73
1.077.28
9
Boyolali
19
267
941,624
1,015.07
927.64
10
Klaten
26
401
1,139,218
655.56
1.737.78
11
Sukoharjo
12
167
838,149
466.66
1.796.06
12
Wonogiri
25
294
1,010,456
1,822.37
554.47
13
Karanganyar
17
177
834,265
772.20
1.080.37
14
Sragen
20
208
868,036
946.49
917.11
15
Grobogan
19
280
1,334,380
1,975.85
675.34
16
Blora
16
295
840,729
1,794.40
468.53
17
Rembang
14
294
588,320
1,014.10
580.14
18
Pati
21
405
1,213,664
1,491.20
813.88
19
Kudus
9
132
759,267
425.17
1.785.80
20
Jepara
14
194
1,077,586
1,004.16
1.073.12
21
Demak
14
247
1,071,487
897.43
1.193.95
22
Kota. Semarang
16
235
894,018
946.86
944.19
23
Temanggung
20
289
717,486
870.23
824.48
24
Kendal
19
285
897,560
1,002.27
895.53
25
Batang
12
248
712,542
788.95
903.15
26
Kab. Pekalongan
19
283
858,650
836.13
1.026.93
27
Pemalang
14
222
1,371,943
1,011.90
1.355.81
28
Kab. Tegal
18
287
1,471,043
879.70
1.672.21
29
Brebes
17
297
1,814,274
1,657.73
1.094.43
30
Magelang
21
14
130,732
18.12
7.214.79
31
Surakarta
5
51
534,540
44.03
12.140.36
32
Salatiga
4
22
175,967
52.96
3.322.64
33
Kab. Semarang
18
177
1,435,800
373.67
3.842.43
34
Kota Pekalongan
4
46
284,112
44.96
6.319.22
35
Kota Tegal
4
27
249,612
34.49
7.237.23
584
8,565
32,908,850
32,544.12
12,554.55
Sumber : Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2005
Ternyata proporsi usia produktif wanita (66,48%) lebih besar dari proporsi usia produktif laki-laki (65,83%) dan usia tidak produktif laki-laki (34,17%) lebih besar dari wanita (33,52). Kesimpulan diatas bahwa jumlah wanita lebih banyak di Jawa Tengah dan proporsi usia aktif lebih dominan wanita. Sedang komposisi per-kelompok umur dapat di lihat dalam tabel berikut: Tabel 3. Proporsi Penduduk Propinsi Jawa Tengah (per kelompok usia ) Tahun 2005
No
Kelompok Umur
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
0-4
1,283,887
1,262,883
2,546,770
2
5-9
1,551,753
1,486,848
3,038,601
3
10-14
1,734,624
1,588,100
3,322,724
4
15-19
1,523,129
1,383,220
2,906,349
5
20-24
1,286,619
1,295,800
2,582,419
6
25-29
1,241,340
1,328,521
2,569,861
7
30-34
1,177,968
1,304,950
2,482,918
8
35-39
1,251,001
1,352,976
2,603,977
9
40-44
1,191,607
1,223,268
2,414,875
10
45-49
1,068,128
1,021,627
2,089,755
11
50-54
862,162
875,795
1,737,957
12
55-59
617,353
624,095
1,241,448
13
60-64
556,159
586,334
1,142,493
14
64-69
397,656
479,337
876,993
15
70-74
312,641
389,977
702,618
16
75+
312,697
336,395
649,092
Total
16,368,724
16,540,126
32,908,850
Sumber : Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2005. Tabel 4. Penduduk Usia 10 tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Propinsi Jawa Tengah, 2005
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persen
Tidak tamat SD/MI
8,687,739
31.80
SD/MI
9,692,273
35.47
SLTP/MTs
4,526,870
16.57
SMU/SMK
3,500,941
12.81
DIP/AK/PT
915,656
3.35
Total
27,323,479
100
Sumber: Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2005. Sebagian besar masyarakat berpendidikan SD/MI yaitu sebesar 35,47% dan SLTP/MTs sebesar 16,57%. Ternyata sebesar 31,80% yang tidak tamat sekolah (tidak punya ijazah) dan 3,35% berpendidikan DIP/AK/PT. Persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan lainnya pada tahu n 2005 sebesar 88,87%, sedangkan yang buta huruf sebesar 11,13%. Persentase penduduk yang buta huruf pada perempuan yaitu sebesar 7,78% lebih tinggi dari pada lai-laki yang hanya sebesar 3,35%.
3. Keadaan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 sebesar 4.07% dan 2004 sebesar 4,41 % dengan tingkat inflasi berturut turut 4.19% dan 5.76%. Pendapatan perkapita berturut-turut Rp.4.471.548 dan Rp 5.172.393 dengan indeks gini 0,2827 dan 0,2507. Untuk produk domestik regional bruto (PDRB) mencapai Rp 193.261,07 milyar pada tahun 2004 atas dasar harga berlaku atau Rp 47.565,93 milyar atas dasar harga konstan 1993.
4. Derajat Kesehatan
4.1 Angka harapan hidup
Hasil perhitungan dalam Laporan Pembangunan Manusia 2006 yang dihitung oleh Badan Pusat Statistik dan UNDP untuk Angka Harapan Hidup Jawa Tengah tahun 2004 tercatat sebesar 69,7, dan untuk tahun 2002 tercatat sebesar 68,9.
4.2 Kematian
Angka kematian bayi (IMR) Angka kematian bayi di Jawa Tengah menunjukkan penurunan dari tahun 2003 – 2004, namun 2004 – 2005 terjadi kenaikan sekitar 9,96%. Estimasi BPS menunjukkan IMR Jawa Tengah periode 2004-2005 terjadi kelahiran hidup 17%. Pada tahun 2004 – 2005 estimasi kematian bayi terjadi kenaikan sebesar 9,10%. Untuk angka kematian balita tahun 2003 – 2005 terjadi kenaikan 32% per kelahiran. Tabel 5. Estimasi kematian bayi per 1000 kelahiran hidup di Jawa Tengah
Jumlah
2003
2004
2005
Kelahiran
543,387
678,154
562,926
Lahir Mati
4,135
3,555
3,459
Bayi Mati
4,469
3,817
4,197
Balita
2,816,499
8,352,400
2,756,734
Balita mati
1,228
1,107
1,639
3,371,721
9,041,037
3,330,960
Sumber : Profil Kesehatan Jawa Tengah 2005
Tabel 6. Estimasi Kematian Balita per 1000 kelahiran di Jawa Tengah
Kematian Balita
2003
2004
2005
Laki2+ Perempuan
1,228
1,107
1,639
Nasional
--
--
--
Sumber : Profil Kesehatan Jawa Tengah 2005 4.3 Angka Kematian Ibu (MMR) Angka kematian ibu dalam kurun waktu 2003 – 2005 menunjukkan MMR cenderung menurun. Tabel 7. Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup (MMR)
Tahun
Kematian ibu
2003
654
2004
519
2005
509
Sumber : Profil Kesehatan Jawa Tengah 2005 5. Upaya Kesehatan Dinas Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan di bidang kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan klinis, kesehatan masyarakat, kesehatan gawat darurat dan bencana, pemasaran sosial dan sistem informasi kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sistem manajemen mutu kesehatan, perencanaan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan jaringan pelayanan kesehatan yang berwawasan lingkungan. FUNGSI
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan.
b. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan pelayanan kesehatan klinis.
c. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat.
d. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan pelayanan kesehatan gawat darurat dan bencana.
e. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan pelayanan kesehatan dan sistem informasi kesehatan.
f. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan sumber daya manusia kesehatan.
g. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan sistem manajemen mutu kesehatan.
h. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan sistem perencanaan dan pembiayaan kesehatan.
i. Perencanaan, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan jaringan pelayanan kesehatan.
j. Pemberian izin tertentu atau rekomendasi dan evaluasi di bidang kesehatan.
k. Pemungutan retribusi di bidang kesehatan.
l. Penyelenggaraan akreditasi dan standarisasi pada sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
m. Pemberian akreditasi jabatan fungsional tenaga kesehatan.
n. Pemberian bantuan penyelenggaraan kesehatan.
o. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
p. Pengelolaan dukungan teknis dan administratif.
q. Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan suku dinas.
6. Sarana Pelayanan Kesehatan di Propinsi Jawa Tengah Fasilitas kesehatan yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Tabel 8. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2005
No
Fasilitas Kesehatan
Pemilikan/Pengelola
Pem. Pusat
Pem. Prop.
Pem. Kab./Kota
TNI/POLRI
BUMN
Swasta
Jumlah
01
RSU
2
3
37
10
2
101
155
02
RSJ
1
3
0
0
0
1
5
03
RS Bersalin
0
0
0
1
0
12
13
04
RS Khusus Lainnya
2
1
0
0
0
43
46
05
Puskesmas
0
0
846
0
0
0
846
06
Puskesmas Pembantu
0
0
1,847
0
0
0
1,847
07
Puskesmas Keliling
0
0
921
0
0
0
921
08
Posyandu
0
0
45,345
0
0
0
45,345
09
Polindes
0
0
4,322
0
0
0
4,322
10
Rumah bersalin
0
0
3
2
0
388
393
11
Balai Pengobatan/ Klinik
0
2
5
11
5
1,133
1,156
12
Apotek
0
1
13
0
2
1,281
1,297
13
Toko Obat
0
0
0
0
0
338
338
14
GFK
0
0
35
0
0
0
35
15
Industri Obat Tradisional
0
0
0
0
0
117
117
16
Industri Kecil Obat Tradisional
0
0
0
0
0
64
64
17
Praktek Dokter Bersama
0
0
0
0
0
53
53
18
Praktek Dokter Perorangan
0
0
0
0
0
4,761
4,761
Sumber : Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2005
Terlihat bahwa jumlah sarana kesehatan di Jawa Tengah 846 puskesmas dan 13 Rumah Bersalin. Rata-rata per puskesmas melayani 30.000 jiwa. Rasio kecukupan puskesmas secara nasional adalah 28.000 jiwa/puskesmas berarti rasio Untuk semua wilayah di Jawa Tengah sudah memadai untuk pelayanan kesehatan dasar. Sarana kesehatan rujukan dapat dilihat dari jumlah rumah sakit dan jumlah tempat tidur yang ada dan rasio terhadap jumlah penduduk. Tabel 9. Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Gawat Darurat Propinsi Jawa Tengah tahun 2005
No
Sarana Kesehtan
Jumlah Sarana
Mempunyai Kemampuan Gawat Darurat
Jumlah
%
01
RSU
155
154
99,35
02
RSJ
5
4
80,00
03
RS Khusus
62
60
96,77
04
Puskesmas
846
147
17,38
Jumlah (Propinsi)
1.068
365
293,50
Sumber : Profil Kesehatan Jawa tengah tahun 2005 Dari informasi diatas dapat dilihat bahwa di Jawa Tengah memiliki rumah sakit rujukan baik pemerrintah maupun swasta, dari Laporan Profil Jawa Tengah tahun 2005 tercatan sebanyak 222 Rumah Sakit Rujukan, Kota Semarang tercatat ada 23 Rumah Sakit Rujukan. Banyumas ada 21 Rumah Sakit Rujukan. Setiap Kabupaten/kota memiliki RS rata-rata 6,31 RS, Kalau kita bagi kedalam luas wilayah maka setiap RS mewakili 146,60 KM2 atau satu RS akan melayani 148.238 Jiwa. Tabel 10. Informasi Apotek, Toko Obat dan Pengobatan Tradisional (BATRA) di Prov Jawa Tengah
No
Pemilik/pengelola
Farmasi
Batra
Jumlah
Apotek
Toko Obat
01
Pem. Propinsi
1
1
02
Pem. Kab./Kota
13
13
03
BUMN
2
2
04
Swasta
1,281
338
177
1,796
Jumlah
1,297
338
177
1,812
Sumber: Profil Kesehatan Jawa tengah tahun 2005 Dari tabel 10 terlihat jumlah Apotek dan Toko Obat serta BATRA yang demikian besar, yang kesemuanya merupakan unit kegiatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan menjamurnya unit kegiatan Yankes yang demikian besar tampak bahwa memang demand terhadap kesehatan di Jawa Tengah sangat tinggi.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host